oleh Zulfadli (http://mozaikminang.wordpress.com)
Dalam tulisan sebelumnya yang berjudul Warisan Ukiran dari Gandhara, saya telah menyajikan sebuah hipotesa tentang keterkaitan antara kebudayaan hellenisme yang berkembang di Gandhara pada sekitar awal abad Masehi dengan kebudayaan yang berkembang di Minangkabau. Objek yang menjadi aspek penelitian saya diantaranya adalah kesamaan antara motif ukiran Minangkabau dengan motif ukiran bergaya hellas yang berkembang di Gandhara. Selain itu sistem pemerintahan yang berlaku di Minangkabau juga memiliki kemiripan dengan sistem ketatanegaraan Yunani kuno, yaitu berbentuk konfederasi nagari yang mirip dengan polis-polis.
Penemuan-penemuan tersebut membawa saya lebih lanjut untuk menelusuri kemiripan-kemiripan ini, utamanya tentang motif ukiran Minangkabau. Saya menelusuri informasi tentang motif-motif ukiran Yunani kuno dan menemukan satu jenis motif dengan kemiripan hampir 80% dengan motif Siriah Gadang yang ada dalam khazanah motif ukiran Minangkabau. Berikut adalah perbandingan kedua motif ukiran:
(a) Ancient Greek Carving (Honeysuckle Carving)
(b) Motif ukiran Minangkabau : Siriah Gadang
Siriah gadang siriah balingka
Kuniang sacoreng diatehnyo
Baaleh batadah tampan
Hulu adat kapalo baso
Pangka kato hulu bicaro
Panyingkok peti bunian
Pambukak biliak nan dalam
Susunan dari Pariangan
Buatan Parpatiah Nan Sabatang
Tidan nan turun dari ateh
Balingka jo mufakat balingka jo limbago
Jadi pusako alam nangko
Secara umum kita tidak dapat mengamati kemiripan geometris pada kedua motif ini, karena motif pertama (motif Yunani) lebih sederhana sedangkan motif kedua (motif Minangkabau) lebih kompleks. Namun terdapat unsur unsur khas dari motif Yunani yang selalu ada dalam setiap motif ukiran Minangkabau, yaitu
- unsur sulur tanaman rambat (tanaman anggur)
- unsur tunas daun/pucuk daun/daun muda yang belum berkembang (daun anggur)
- unsur buah anggur
Berikut adalah gambar dari unsur-unsur tersebut dalam motif ukiran Yunani kuno yang saya ambil dari Honeysuckle Carving dan Gandhara Scrolls:
Sedangkan gambar dibawah ini adalah unsur-unsur yang sama yang ditemukan dalam motif ukiran Minangkabau (perhatian! tidak ditemukan unsur-unsur ini dalam ragam motif ukiran etnik-etnik lain di Nusantara. Diluar Yunani, unsur-unsur ini kerap ditemukan pada ukiran-ukiran di Gandhara namun hanya diwariskan secara turun-temurun di Minangkabau dan Turki bagian barat yang berbatasan dengan Yunani (contoh Istanbul).
Motif Ukiran Minangkabau pada akhirnya berkembang sampai tahap yang sukup maju dan juga mengadopsi gaya-gaya ukiran lain seperti bentuk-bentuk geometris dari Cina dan Tibet, seperti tampak pada motif Aka Barayun dan Saluak Laka dibawah ini:
(a) Motif Aka Barayun
(b) Motif Saluak Laka
mnta ijin ngopy bwt tgz kul yaaaaa…
http na q cntumin oqq….
mksih….
kk.,., aq mo n9opi image’a nIch…..
kPn2 cLo sempat caRi Lg yg byk motif’a ya Kk,,..
thank’z,..
knp tidak kita balik saja..klo ukiran yunani merupakan warisan dari minangkabau? 🙂
mari kita ubah pola pikir, klo bangsa kita lebih hebat dari bangsa asing..kita bukan mewarisi, tapi mewariskan 😀
salam
setuju sekali saudara ragidup…
bukankah bangsa kita adalah bangsa yang ragam budaya dan kerajinannya.kita lahir sendiri tanpa ada campur tangan dan kontaminasi budaya lain.memangnya orang dulu sudah punya tivi?lalu nonton dan niru ukiran yunani.toh,jarak Yunani dan MinangKabau itu jauh sekali.lagian orang minang juga bukan keturunan Yunani.mirip itu hal yang biasa,tapi jangan di sama-samakan.Minang itu hadir dengan jerih payah para nenk moyang dulu,dan mereka hidup dengan mandiri dan selalu mengajarkan para generasi mereka untuk tetap hidup mandiri dan kreatif.dan menjadi “PLAGIAT” bukanlah ajaran Minang!sebagaimana yang dikatakan dalam tambo,”duduak marawik ranjau,tagak maninjau arah”(kata-kata ini mungkin keluar ketika zaman penjajahan atau mungkin dalam keadaan genting).jadi saya tidak setuju bahwa ukiran MinangKabau-tanah yang saya cinta dan mencintai saya [membesarkan]-di katakan adalah warisan Yunani!….sorrry lah yawww…….
Tarimo kasih___!?
bagus banget…………………….
Assalamu’alaikum. Maaf saudara(i) kalau memang orang minangkabau tidak plagiat apa maksud daripada kalimat “dima langit di pijak di sinan langit dijunjuang”, dan hasilnya lihat saja sendiri ke daerah minangkabau seperti pariaman yang katanya masih memakai prinsip ABS-SKB (Adat Basandi Sara’ – Sara’ Basandi Kitabullah/ Adat Berlandaskan Syariat – Syariat Berlandaskan Kitab”AlQuran”), disana Anda akan mudah menemukan anak gadis yang seenaknya berboncengan dengan laki-laki yang bukan mahramnya, anak gadis keluar rumah sampai tengah malam tidak masalah, anak gadis memakai celana yang panjangnya menutupi hanya setengah paha dan gaya kafir yang lainnya yang dipraktikkannya itu dibiarkan saja oleh pihak yang seharusnya bisa memberi peringatan, seperti mamak(paman), ninik mamak, datuak, dan lain-lainnya yang punya kewenangan.
Betul sekali Mahameru. Ini benar yang saya risaukan. . Kami perantau minang sangat prihatin dan muak dengan prilaku pejabat disana. Pendapatan daerah minim lalu gaya pejabatnya mintak ampun. Dari mana mereka bisa kalo bukan dari uang rakyat. Nauzubillah…
Kita tidak bisa memungkiri bahwa Adat dan budaya yang tersisa saat ini diakui sebagai karya cipta yang luar biasa dari nenek moyang minangkabau. Jd jangan lupakan itu. Minangkabau membangun peradaban lebih dahulu dari etnis lain di Indonesia. Itu yg menyebabkan mereka unggul selama ini.
Sayangnya sekarang tinggal eforia saja lagi… sangat menyedihkan…
Saya setuju dengan pendapat anda…
Saya setuju dengan pendapat anda….
assalamualaikum…
perkenalkan saya hanifah isnan mahasiswa universitas diponegoro, asal dari kec.Baso, kab.Agam
boleh minta sumbernya?
tolong kirimkan k email hanifah.isnan@ymail.com atau hafinahqayyimah@rocketmail.com
jika sudah mohon d kabari ke 085271623208
sebelumnya terimakasih atas kebaikannya membantu saya dalam kesulitan menyusun skripsi